Senin, 27 April 2009

Earth Day - Manfaatkan Sampah & Hijaukan Bumi

Tahukah Anda perjalanan sampah yang kita dibuang dari rumah hingga lokasi Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA)? Berikut ini adalah ilustrasi perjalanan setumpuk sampah dari berbagai tempat di DKI Jakarta menuju TPA Bantargebang.



Diperkirakan setiap harinya rata-rata setiap penduduk menghasilkan 2-3 liter sampah, sehingga sampah yang dihasilkan warga Jakarta mencapai 6000 ton, ini setara dengan tumpukan sampah setinggi gedung-gedung perkantoran di jalan Sudirman.

Menurut data dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta, penghasil sampah terbesar (51%) adalah Rumah Tangga. Jika setiap anggota masyarakat terlibat secara aktif mengelola sampah rumah tangga sebagai wujud tanggung jawabnya maka jumlah beban sampah di TPA akan jauh berkurang.

Tumpukan sampah bukan hanya mengganggu kesehatan, tetapi juga mengancam nyawa manusia. Seperti yang terjadi di Bandung tahun 2005, TPA Leuwigajah longsor dan menyebabkan 140 orang meninggal akibat tertimbun longsoran sampah. Tahun 2006 hal yang sama terjadi di TPA Bantargebang yang menyebabkan tewasnya beberapa pemulung.

Kejadian menyedihkan ini dapat dicegah jika sampah dapat kita kurangi dan diolah semaksimal mungkin mulai dari sumbernya, yang salah satunya adalah lingkungan rumah tangga kita sendiri.



Sampah Organik
Adalah sampah basah yang berasal dari makhluk hidup sehingga mudah membusuk dan hancur secara alami contohnya adalah sayuran, daging, nasi, potongan rumput, daun atau ranting kayu. Pembusukan sampah organik terjadi secara biokimia yaitu penguraian oleh mikroorganisme. Pengolahan sampah organik yang paling tepat adalah melalui pembusukan yang dukendalikan yang dikenal dengan pengomposan atau komposting.

Sampah Non Organik
Sampah non-organik atau sampah kering atau sampah yang tidak mudah busuk adalah sampah yang tersusun dari senyawa non-organik yang berasal dari sumber daya alam tidak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Contohnya adalah botol gelas, plastik, tas plastik, kaleng, dan logam. Sebagian sampah non-organik tidak dapat diuraikan oleh alam sama sekali, dan sebagian lain dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Mengolah sampah non-organik erat hubungannya dengan penghematan sumber daya alam yang digunakan untuk membuat bahan-bahan tersebut dan pengurangan polusi akibat proses produksinya di dalam pabrik.



KOMPOSTING: UPAYA UNTUK MEMANFAATKAN SAMPAH

Komposting adalah upaya mengolah sampah organik melalui proses pembusukan yang terkontrol atau terkendali. Produk utama komposting adalah kebersihan lingkungan, karena jumlah sampah organik yang dibuang ke TPA menjadi berkurang. Adapun kompos sebagai produk komposting adalah hasil tambahan atau bonus yang dapat kita gunakan untuk tanaman sendiri ataupun untuk dijual.



CARA PEMBUATAN KOMPOS


ALAT dan BAHAN
1. Agar sirkulasi udara berlangsung dengan baik, pilihlah keranjang berpori dan lapisi dengan kardus. Kasrdus berfungsi untuk membatasi gangguan serangga dank arena berpori kardus dapat menyerap dan membuang udara dan air (mengatur kelembabab, kelembaban yang ideal untuk komposting adalah 50-70%).
2. Letakan bantal sekam di atas dan di bawah keranjang. Bantal sekam berfungsi sebagai tempat mikrobakteri yang akan mempercepat pembusukan sampah organik selain itu karena berongga besar, sekam dapat menyerap air dan bau sampah dan mengontrol kelembaban.
3. Media kompos jadi yang berasal dari sampah Rumah tangga diisikan ½ samapi 2/3 bagian keranjang. Kompos yang sudah jadi akan menjadi aktivator/ragi untuk sampah baru.
4. Pilih kain penutup yang berpori besar tutupkan di atas bantal sekam untuk mecegah lalat bertelur dalam keranjang dan mencegah metaformosis dari belatung menjadi lalat, karena lalat tidak dapat keluar dan mati di dalam keranjang.
5. Tutup bagian atas sebagai pemberat agar tidak diganggu oleh predator (kucing/anjing). Pilihlah penutup yang berpori untuk menjaga sirkulasi udara.


UNTUK DIPERHATIKAN:
• Lakukan pengomposan di area yang teduh & hindarkan dari hujan. Jika kompos kering, cipratkan air bersih sambil diaduk
• Sampah dimasukan maksimal berumur 1 hari & sampah yang dalam ukuran besar dicacah terlebih dahulu sampai halus
• Cuci kain penutup setiap 1 minggu & ganti kardus jika sudah lapuk/robek
• Bila keranjang penuh, diamkan selama 2-4 minggu agar benar-benar matang, gunakan keranjang yang baru untuk memulai proses yang baru.
• Setelah matang, kompos dikeluarkan, diangin-anginkan kemudian diayak . bagian yang halus dapat digunakan/dijual sedangkan bagian yang kasar dapat ditambahkan pada proses pengomposan selanjutnya sebagai aktivator.
• Cucilah tangan anda setelah melakukan kegiatan komposting ini.

Sumber: Modul Pelatihan Pengolahan sampah berbasis masyarakat, ESP, USAID

2 komentar:

Anonim mengatakan...

mendaur sampah menjadi kompos? bukan ide baru sich tapi gak ada salahnya jugakan jika kita publikasikan sebagai usaha kita untuk peduli pada lingkungan. boleh ya artikelnya saya copy untuk dijadikan mading?

Biyang mengatakan...

Silakan, mari kita bantu sebarkan kegiatan ini....